Jam 3 Pagi

Jam 2.49 aku merindukan hiruk pikuk Cikini, Juanda Gondangdia, atau saat2 makan pempek di Megaria. Santai-santai, sambil minum kopi di Metropol, lari2 kejar waktu karena film hampir mulai, atau rindu dalam angan percakapan yang dibalas kalau sempat.
Tidak ada bagian mengecewakan dalam kisah ini, mungkin krn aku biarkan Tuhan terlibat.
Tapi pada malam-malam jam 3 pagi aku seringkali berdoa pada Tuhan agar ia senantiasa jaga kamu, memberimu segala kebaikan yang ada di muka bumi.
Pada malam-malam jam 3 pagi, aku menulis tentangmu, agar sedikit lega apa yang kurasa. Rindu-rindu yang membuncah dan kalimat yang tak menemukan kata.
Anganku terbawa pada 1 tahun silam, saat bertukar cerita jadi hal yang sangat meringankan, obat yang tak bisa kubeli pd siapapun dan dimanapun. Percakapan2 tentang hidup atau tentang andika kangen band.
Aku masih saja, belum mengerti kata Tuhan, Tuhan bilang mungkin cukup, atau Tuhan bilang tunggu sebentar lagi, sabar.
Karena akrab dengan kehilangan, keduanya samar bagiku.

Aku ingin melihatmu, sekali lagi. aku ingin bernyanyi2 lagi diatas motormu, sambil bilang "mas ini aku bingung kita harus belok kemana? " Gpp ya, muter sekali lagi, aku jd punya banyak waktu buat menikmati kamu, dari punggung.
Kita susur lagi jalan2 macet Cikini, anehnya mungkin, ini pertama kalinya aku bilang aku mau liat ondel-ondel. Asal brg kamu!!! Aku bisa tunggu kamu, dimana aja. Gondangdia atau juanda, aku akan cari-cari kamu disana, sama seperti waktu itu.
Aku mau makan ice cream 2 cup, brg kamu. Kita, di Cikini, di Gondangdia, dimanapun. Asal tetap kita.

Tunggu, ini ekspektasi? Bukan, ini doa kepada Tuhan ;) With love
-DSR-

Komentar

Postingan Populer